Kamis, 31 Mei 2012

ARTIKEL ILMIAH POPULER

BELATUNG SANG PENCARI FAKTA
Oleh : Dies Larassari Rahayu

Saat ini banyak diberitakan melalui media cetak atau elektronik bahwa telah ditemukan sesosok mayat tanpa identitas, dan tidak jarang pihak kepolisian pun sulit untuk mengidentifikasi mayat tersebut. Namun siapa sangka bahwa larva lalat hijau dengan ukuran yang sangat kecil dapat mengungkap misteri besar yang telah terjadi pada mayat tersebut.


BUKAN MATA BIASA

Lalat hijau dewasa aktif pada siang hingga sore hari dan hidup berkelompok.
Ukuran lalat hijau ± 1 cm dan berwarna hijau metalik dengan banyak bulu-bulu pendek menutupi tubuh yang diselingi bulu-bulu kasar. Sayap transparan dengan guratan-guratan yang terlihat jelas. Mata si hijau ini sangat istimewa karena bola matanya besar dan dapat melihat kesegala arah, bola mata terdiri dari 4000 biji mata faset yang bersegi enam, masing-masing mata faset bekerja sendiri dan dapat menghasilkan ribuan gambar yang dilihatnya, informasi gambar dengan cepat dikirim ke pusat saraf pengelihatan. Maka dari itu lalat sangat sulit ditangkap atau dipukul karena sudah kabur terlebih dahulu.

KOTOR LINGKUNGANKU

Lalat hijau yang memiliki nama latin Chrisomya megacephala ini merupakan spesies yang paling banyak ditemukan di perkotaan pada ketinggian 500 m hingga 1700 m di atas permukaan laut. Jumlah lalat akan meningkat pada temperature 20o C – 25o C. Serangga ini sangat senang memakan makanan olahan, sayuran yang telah membusuk, buah-buahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang. Sehubung dengan tipe mulutnya yang penjilat, lalat ini hanya makan dalam bentuk cairan, apabila makanannya kering maka akan dibasahi oleh lidahnya terlebih dahulu setelah itu dihisap.

Serangga ini dapat menularkan berbagai macam penyakit. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan lalat yang kotor, pada saat makan atau beristirahat, lalat biasa hinggap di kotoran manusia atau kotoran hewan dan tempat-tempat kotor lainnya. Pada saat hinggap kuman-kuman dari tempat yang kotor akan menempel pada kaki dan bagian tubuh lain dari lalat, kemudian lalat hinggap pada makanan manusia dan termakan oleh manusia beserta kuman-kumannya.
       Selain dapat menularkan berbagai macam penyakit, ternyata Chrisomya megacephala juga dapat membantu kehidupan manusia. Sebagaimana lalat jenis lain dalam kelompok family Calliphoridae, lalat hijau dapat menghasilkan larva yang disebut belatung. Belatung biasanya ditemukan pada sesuatu yang telah membusuk seperti bangkai, buah, atau sayur-sayuran yang telah membusuk. Ukuran belatungpun sangatlah kecil, hanya sebesar butir beras dan berwarna putih kekuningaan.
KECIL BENTUKNYA, BESAR MANFAATNYA
            Umumnya belatung ini hidup sebagai parasit dan merusak jaringan makhluk lain, dan kebanyakan belatung yang terdapat pada mayat yang terpapar berasal dari larva lalat hijau.


 Karena  mayat mengeluarkan bau busuk terutama ketika terpapar di udara bebas, maka semua jenis lalat terutama lalat hijau merasa terpanggil untuk mendekat dan meletakan telurnya pada bagian tubuh mayat tersebut, telur ini lah yang kemudian menetas dan menghasilkan belatung.
            Dengan adanya belatung ini tim forensic dapat mendapatkan banyak informasi tentang mayat yang terpapar. Informasi yang dapat diperoleh tim forensic antara lain kapan waktu kematian, perpindahan tubuh mayat, identitas mayat, dan penyebab kematian.
            Alat pernapasan belatung terus mengalami perkembangan, sehingga tim forensic dapat meneliti sudah sejauh mana perkembangan alat pernapasan belatung, dengan informasi itu tim forensik dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk memcapai tahap tersebut yang kemungkinan sama dengan waktu kematian mayat, tentu saja yang dapat mengetahuinya hanya para ahli forensic.
Dengan mencocokan belatung yang terdapat pada tubuh mayat dengan lalat yang hidup disekitar lokasi ditemukannya mayat, maka tim forensic dapat mengetahui apakah lokasi kematian mayat sama dengan lokasi ditemukannya mayat, apabila belatung tersebut berasal dari lalat setempat berarti lokasi kematian mayat adalah ditempat tersebut, dan apabila tidak sama antara belatung dan lalat setempat kemungkinan mayat telah terjadi perpindahan lokasi dari tempat kematian.


Kehebatan lain si mungil ini adalah dapat mengetahui identitas mayat, karena kebiasaan belatung memakan jaringan tubuh maka untuk mengetahui identitas mayat, tim forensic harus memeriksa saluran pencernaan belatung melalui tes DNA. Selain itu belatung juga memakan cairan sperma atau cairan vagina sehingga dapat digunakan untuk mencari identitas pelaku dalam kasus kekerasan seksual.

Selain dapat melakukan kehebatan-kehebatan tersebut belatung dapat mencari penyebab kematian seseorang. Belatung menyukai rongga-rongga bagian tubuh dan tempat yang luka khususnya yang mengeluarkan darah, berarti jika ditemukan belatung di tempat yang bukan rongga maka dicurigai terdapat luka di tempat tersebut, termasuk apabila belatung ditemukan di daerah kemluan atau anus maka dicurigai terjadi kekerasan seksual sebelum kematian. Bahkan, bila ada kecurigaan keracunan akan dilakukan uji racun pada belatung.
Sangat disayangkan kegunaan belatung ini belum banyak digunakan di Indonesia.
            Maka dari itu kita jangan pernah memandang sebelah mata sesuatu yang dinggap kecil, karena yang diciptakan sang pencipta tidak ada yang sia-sia.
 

Ditulis Oleh : Artikel ilmiah // 13.53
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Diberdayakan oleh Blogger.