Sel adalah unit dasar suatu
organisme. Pada organisme multisel, sel tidak semata-mata mengelompok, tetapi
dihubungkan dan dikoordinasikan dalam satu keseluruhan yang harmonis. Ukuran,
bentuk, struktur, dan fungsi sel barmacam-macam. Ada yang berukuran dalam
mikron hingga sentimeter. Misalnya, pada serabut tumbuhan tertentu. Ada sel
yang memiliki organisasi internal sederhana, tetapi ada juga yang rumit. Ada sel
yang mempunyai banyak fungsi, tetapi ada juga sel yang mempunyai fungsi khusus.
Sejarah
Sel
Sel berasal dari istilah cellula
yang pertama kali digunakan oleh Robert Hooke pada tahun 1665. Hooke memberikan
istilah ini untuk ruang kecil yang dibatasi oleh dinding, yang dilihatnya pada
sel gabus. Selanjutnya, ia mengamati jaringan tumbuhan yang lain dan melihat
bahwa sel-selnya berisi cairan.
Senyawa di dalam sel, yaitu
protoplasma, ditemukan bebrapa ssat sesudahnya. Pada tahun 1880, hanstein
menggunakan istilah protoplas untuk
menyebut unit protoplasma yang terdapat di dalam suatu sel. Ia juga mengusulkan
istilah protoplas untuk menggantikan istilah sel, tetapi tidak dapat diterima. Pada
tumbuhan, yang disebut sel meliputi protoplas dan dinding selnya. Dulu, dinding
sel dianggap sebagai eksresi tidak hidup dari suatu sel dan protoplasma,
khususnya pada sel muda, merupakan suatu kesatuan organik yang bersama-sama
membentuk unit hayati tunggal.
Pada tahun 1831, Robert brown
menemukan inti di dalam sel epidermis tumbuhan anggrek. Pada tahun 1846, Hugo
Von Mohl memberdakan antara protoplasma dan cairan sel. Pada tahun 1862, Kolliker
memperkenalkan istilah cytoplasma (baca:sitoplasma).
Dari akhir abad ke-19 dan selama abad ke-20, penelitian tentang sel berkembang
dengan cepat, bahkan sekarang sitologi sudah berkembang menjadi cabang ilmu sendiri.
Struktur
Sel
Berdasarkan orgnisasi internalnya,
sel dapat dibedakan menjadi sel prokariot dan sel eukariot. Disebut prokariot
jika inti selnya tidak dibatasi selaput inti sel (tidak mempunyai membran
inti), Misalnya ganggang biru (Cyanophyta) dan bakteri. Disebut eukariot jika
sudah mempunyai membran inti (selaput inti), misalnya sel-sel hewan dan
tumbuhan.
Sel biasanya mempunyai satu inti,
tetapi sel dewasa bisa mengalami perubahan. Miaslnya sel tapis pada floem,
dalam perkembangannya inti menghilang. Sebaliknya, ada juga sel yang mempunyai
lebih dari satu inti, misalnya pada latisifer.
Sel multi-inti ini biasa terdapat dalam seluruh organisme, misalnya pada
beberapa jamur dan ganggang. Namun, sel, multi-inti ada juga yang merupakan
tahap sementara dalam perkembangan suatu jaringan, misalnya endosperm. Pendapat
yang banyak diterima adalah setiap inti bersama-sama dengan protoplasma di
sekelilingnya membentuk sel tanpa dinding, sehingga seluruh multi-inti merupakan kelompok unit protoplasma yang
membentuk suatu struktur yang disebut coenocyte.
Protoplasma berisi komponen berselaput dan tak
berselaput. Apabila difiksasi dengan baik, penampang melintang selaput
(membran) tampak di bawah mikroskop elektron sebagai dua garis gelap dengan
ketebalan msing-masing 2,5 nm dan dipisahkan oleh garis terang dengan ketebalan
3,5 nm. Struktur membran menurut model
Danielli-Davidson (1935) terdiri atas lapisan lemak bimolekul yang setiap
sisinya ditutupi lapisan protein. Sekarang ini, teori model mozaik cairan (Singer-Nicolson) lebih banyak diterima.
Bentuk dasar sel adalah polihedral (14 sisi). Pada jaringan
tumbuhan juga ditemukan sel dengan sisi 12,13,15,16 atau lebih. Menurut Matzke,
hampir seluruh sel memiliki 14 sisi dinding sel, tetapi ditemukan juga yang
tetragon dan hexagon. Bentuk dasar sel meristem apikal adalah 14 sisi
polihedral. Pada meristem apikal Anacharis
densa, Matzke (1956) menemukan bahwa selama interfase, rata-rata jumlah
sisi polihedral meningkat dari 13,85 menjadi 12,61.
Sebagai hasil bertambahnya volume sel selama
pertumbuhan, jumlah permukaan dinding meningkat lebih dari 14 (jumlah sisi
selnya lebih dari 14).
Hal ini menyebabkan berkembangnya ruang antarsel karena
tidak semua sisi sel dapat berkembang dengan dua cara sebagai berikut.
- Perkembangan secara skizogen, yaitu dengan berpisah dari dinding sel tetangganya, seperti perkembangan duktus resin pada pinus.
- Perkembangan secara lisigen, yaitu terjadi penguraian sel sehingga terbentuk ruangan seperti rongga minyak pada kulit buah Citrus (Jeruk)
- Perkembangan secara skizolisigen, yaitu perpaduan antara perkembangan secara skizogen dan lisigen. Ruang antar sel dalam protoxilem sering kali dibentuk dengan cara ini. Ruang antarsel dapat menjadi tidak beraturan dan beragam bentuknya, seperti pada kebanyakan tumbuhan air, daun pisang, dan tumbuhan lain.
Sel muda di daerah pertumbuhan relatif kecil. Setelah
dewasa, ukuran dan bentuknya berkembang sesuai dengan fungsi fisiologisnya. Sekelompok
sel tumbuh bersama secara seragam. Sel dalam kelompok mulai berbeda posisi
serta bentuknya, tetapi hubungan antar dinding sel yang satu dan dinding sel
tetangganya tidak berubah dan tidak dibentuk daerah baruuntuk kontak dinding
sel. Tipe pertumbuhan seperti ini disebut pertumbuhan
simplastisis. Dapat juga terbentuk celah bebas di sepanjang dinding sel. Tipe
pertumbuhan seperti ini disebut pertumbuhan
intrusif, yang secara sementara kehilangan lamela tengan antarsel di daerah
pertumbuhan. Pertumbuhan intrusif terjadi pada serabut yang memanjang. Dalam cabang
beberapa sklereida, dalam latisfer tak artikulasi, dan dalam sel anak dari
permulaan bentuk kambium tidak bertingkat yang memebelah ke arah antiklin.
Komponen utama sel tumbuhan adalah dinding sel,
sitoplasma dan inti. Di dalam sitoplasma terdapat retikulum endoplasma, badan
golgi, mitokondria, plastida, badan mikro, ribosom, sferosom, mikrotubula,
vakuola, dan benda ergastis.
0 komentar:
Posting Komentar